Alamat

Jl. Zahlul Street Kebesaran, Saok Laweh, Lubuk Sikarah, Kota Solok, Sumatera Barat 27316

Sepuluh Karakter Pendidik Sukses.

Share This Post

Share on facebook
Share on whatsapp
Share on email
Share on twitter

SEPULUH KARAKTER PENDIDIK SUKSES.

“Nabi ﷺ adalah sosok pendidik yang penuh kelembutan. Sifat lembut dalam mendidik anak itulah yang mendatangkan begitu banyak kebaikan”

Kesempurnaan sifat pendidik hanya milik para Rasul. Namun demikian, kita harus berusaha, semaksimal mungkin untuk meraih dan memiliki sifat-sifat itu.

Untuk itu, supaya menjadi pendidik sejati, yang sukses dunia-akhirat, kita harus memiliki sepuluh karakter yang menjadi faktor utama pendukung berhasilnya pembinaan anak sejak dini. Perhatikanlah penjelasan berikut.

  1. Ikhlas

Rawat dan didiklah anak dengan ketulusan hati dan niat yang ikhlas, semata-mata mengharap keridhaan Allah l.

Ikhlas dalam perkataan dan perbuatan termasuk pondasi keimanan dan merupakan keharusan di dalam Islam.

Allah tidak akan menerima suatu amal shalih tanpa ada keikhlasan di dalam jiwa pelakunya, sebaigaimana ditegaskan dalam firman-Nya:

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).”  (QS. Al-Bayyinah : 5)

Ingatlah hadist Rasulullah ﷺ

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan setiap orang akan mendapatkan susuai yang ia niatkan.” HR. Bukhori dan Muslim.

Niat yang ikhlas, selain mendatangkan keridhaan dan pahala Allah, akan meneguhkan hati kita pada saat ujian menimpa.

Dengan bersikap demikian hati kita akan tetap lapang, bagaimanapun hasil yang diraih setelah berusaha maksimal dan senantiasa berdoa.

  1. Betaqwa

Ini adalah sifat terpenting yang harus dimiliki pendidik. Yaitu takwa yang didefenisikan para ulama dengan:

أَنْ لَا يَرَاكَ اللَّهُ حَيْثُ نَهَاكَ وَلَا يَفْقِدُكَ حَيْثُ أَمَرَكَ.

“Menjaga agar Allah tidak mendapatimu pada perkara yang Dia larang, dan jangan sampai Allah tidak mendapatimu pada perkara yang Dia perintahkan.”

Maksudnya, mengerjakan segala yang Dia perintahkan dan menjauhi segala yang Dia larang.

Atau sebagaimana yang dikatakan ulama lain:

اِتِّقَاءُ عَذَابِ اللَّهِ بِصَالِحِ العَمَلِ وَالخَشْيَةُ مِنْهُ فِي السِّرِّ وَالعَلَنِ

“menjaga diri dari azab Allah dengan beramal shalih serta merasa takut kepadaNya baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan”

Yakni menjaga diri dari azab Allah dengan beramal sholeh serta merasa berada dalam pengawasan- Nya bai secara sembunyi-sembunyi maupun terang terangan.

Astar dari ali bin tholib menyebutkan salah satu makna takwa adalah الخَوْفُ من الجَليْل  (Takut kepada Allah yang maha Agung). Takut dengan kemahakuasaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Takut akan siksa api neraka. Disebutkan bahwa Azab Allah yang paling rendah adalah dipakaikan sendal dari api neraka kemudian seketika otak di kepala menggelegak.

Anak yang shalih adalah rezki. Semoga dengan sebab ketakwaan Anda, Sebagai orang tua sekaligus pendidik, Allah berkenan  memberikan jalan keluar bagi setiap urusan dan memberikan rezeki yang baik kepada anda.

  1. Berilmu

Suatu keharusan bagi pendidik antara lain berbekal ilmu yang memadai. Pendidik harus mengetahui konsep-konsep dasar pendidikan menurut islam. Mengetahui halal haram, prinsip-prinsip etika Islam, serta memahami secara global peraturan-peraturan dan kaidah-kaidah syariat islam.

Mengapa demikian?

Karena dengan mengetahui semua itu, pendidik menjadi seorang alim yang bijak, dapat meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, mampu bersikap proposional dalam memberikan materi pengajaran, bisa mendidik anak dengan pokok-pokok persyaratannya. Mendidik dan memperbaiki karakter anak dengan berpijak pada dasar-dasar yang kokoh. Mendidik dan mengarahkan anak didik dengan ajaran ajaran al Quran dan As Sunnah. Memberikan contoh yang baik kepada mereka dengan keteladanan agung dari Nabi dan sahabat u.

Sebaliknya, jika pendidik tidak mengetahui semua itu, lebih lebih konsep dasar pendidikan islam, maka akan dilanda kemelut spiritual, moral, mental, juga social. Anak tersebut menjadi berharga dan diragukan eksistensinya dalam segala aspek kehidupan.

Tidak diragukan lagi, tanggung jawab seorang pendidik amat besar di sisi Allah kelak, yaitu pada ketika harta benda dan anak-anak tidak dapat menolong kita sama sekali. Allah berfirman Q.S Ash-Shaffat : 24

وَقِفُوْهُمْ اِنَّهُمْ مَّسْـُٔوْلُوْنَ

“Tahanlah mereka (di tempat perhentian), sesungguhnya mereka akan ditanya” (Q.S Ash-Saffat : 24)

Hadist nabi ﷺ, bersabda :

وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ

“ilmunya, apakah telah ia amalkan” HR. Tirmidzi dan Ad Darami

Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

   وَيْلٌ لِمَنْ لَا يَعْلَمُ، وَوَيْلٌ لِمَنْ عَلِمَ ثُمَّ لَا يَعْمَلُ

Artinya: Sungguh sangat celaka orang yang tidak belajar (ilmu agama yang fardhu ain), dan sungguh sangat celaka orang yang mempelajarinya tapi tidak mengamalkannya. 

  1. Bertanggung jawab

Milikilah tanggung jawab dalam pendidikan anak, baik aspek keimanan maupun tingkah laku kesehariannya, yakni dalam pembentukan karakater anak dari sisi jasmani maupun rohani, dan dalam mempersiapkan kepribadian anak dari sisi mental maupun sosialnya.

Karena, rasa tanggung jawab dalam jiwa pendidik ini senantiasa mendorong dirinya untuk berupaya menyeluruh dalam mengawasi dan memperhatikan perilaku anak didik, mengarahkan dan mengikuti perkembangan pribadinya, serta membiasakan dan melatih amal shalihnya.

Sebaliknya, jika rasa tanggung jawab ini pudar dari jiwa orang tua sebagai pendidik pertama dan utama, sehingga ia secara bertahap anak akan terjerumus dalam kerusakan. Dan jika kelalaian itu berlangsung terus menerus, maka dampaknya menjadi ancaman yang sangat membahayakan. Kerusakan fisik maupun mental anak akan semakin parah, dan akan menjadi teramat sulit untuk memperbaikinya. Orang tua pun menyesal, jika hal tersebut benar-benar terjadi, tetapi sesal kemudian tiadalah berguna.

  1. Sabar dan tabah

Dua sifat ini mutlak dibutuhkan oleh setiap pendidik sebab dalam proses pendidikan banyak tantangan dan ujian. Baik tantangan itu berasal dari diri kita sendiri, anak didik maupun dari luar lingkungan.

Kita sebagai orang tua harus mampu mendidik anak dengan sebaik-baiknya, yaitu di sela-sela sekian tugas dan tanggung jawab kita yang lain. Kita dihadapkan kepada berbagai macam karakter anak, ulah dan tingkah laku mereka yang menuntut kesabaran ekstra. Belum ditambah lagi faktor luar, baik lingkungan sekitar, kawan bergaul, media massa, dan pengaruh personal lainnya.

Menahan emosi dan menundukannya merupakan indikasi kuatnya seorang guru, bukan kelemahannya, terlebih jika yang bersangkutan mampu melakukan apa yang diinginkan. Rasulullah ﷺ telah mengabarkan hal itu melalui sabdanya,

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

“bukanlah orang yang kuat itu adalah orang yang selalu menang dalam berkelahi, akan tetapi orang yang kuat  adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah” HR, Bukhari dan Muslim.

  1. Lemah lembut dan tidak kasar

Inilah sifat yang dicintai Allah dan disukai manusia. Karena, pada hakikatnya setiap jiwa menyukai kelembutan. Terlebih lagi jiwa si anak yang masih polos dan lugu, yang amat merindukan sosok pendidik yang ramah dan lembut.

Nabi kita, Muhammad ﷺ, adalah sosok pendidik yang penuh kelembutan. Sifat lemah lembut dalam mendidik itulah yang mendatangkan begitu banyak kebaikan.

Terkait sifat mulia tersebut, Rasulullah pernah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ الْأَمْرِ كُلِّهِ

Sesungguhnya Allah itu Mahalembut, dan Dia menyukai kelemahlembutan dalam segala urusan”  HR. Bukhari dan Muslim

Maksud lembut disini adalah lembut dengan perkataan dan perbuatan serta mengambil yang paling mudah dan ringan. Jiwa manusia condong dan senang kepada sikap lembut, santun, dan kata-kata baik, dan sebaliknya lari dari sifat keras dan kasar. Oleh sebab itu, seharusnya para guru memahami sisi ini dan mempraktikkannya kepada para anak didik.

Sifat lemah lembut ini membuat anak didik menjadi nyaman dan mudah menerima pelajaran. Secara tidak langsung sifat ini akan mewarnai karakter anak dan In Syaa Allah dengan sendirinya akan menurun kepadanya.

  1. Penyayang

Salah satu kunci sukses Rasulullah dalam mendidik para sahabat adalah sifat beliau yang ramah lagi penyayang. Sikap demikianlah yang memberikan kesan mendalam bagi orang lain.

Anas Bin Malik meriwayatkan : “seorang wanita (bersama dua anaknya) mendatangi Aisyah, Lantas Aisyah memberinya tiga butir kurma. Wanita itu pun memberikan tiap anaknya satu butir kurma, dan menyisakan satu butir lagi untuk dirinya. Kedua anak itu kemudian memakan dua butir kurma tersebut, lalu menatap ibunya. Maka wanita itu membelah satu butir kurma yang tersisa lalu memberikan per setengahnya untuk mereka. Tidak lama kemudian Nabi pulang ke rumah, dan Aisyah segera menceritakan apa yang dialaminya tadi. Maka beliau bersabda :

وَمَا يُعجَبُكَ مِنْ ذَلِكَ ؟ لَقَدْ رَحِمَهَا اللّهُ بِرَحْتِهَا صَبِيَّيْهَا. رواه  بُخاري

“Apakah kamu takjub melihatnya? Sungguh, Allah telah merahmati wanita tersebut karena kasih sayangnya kepada kedua anaknya” HR. Bukhari

  1. Lunak dan fleksibel

Lunak dan Fleksibel tidak berarti lemah dan tidak tegas. Kedua sifat ini harus dipahami secara luas dan menyeluruh. Maksudnya sebenarnya lebih kepada sikap mempermudah suatu urusan dan tidak mempersulitnya. Rasulullah ﷺ bersabda :

يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَسِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا.

“Permudahlah dan jangan membuat sulit, berikanlah berita gembira dan janganlah kalian membuat orang lain lari.” HR. Bukhari dan Muslim.

Demikian juga, hendaknya seorang pendidik memilih kemudahan yang dibolehkan syariat Islam. Misalnya jika dihadapkan pada dua pilihan, pendidik yang bijak akan memilih yang paling ringan dan mudah diterapkan, selama hal itu tidak menyangkut perkara-perkara yang jelas-jelas haram.

Dalam sebuah hadist, Rasulullah bersabda:

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ يُحْرِمُ عَلَى النَّارِ أَوْ بِمَنْ تُحْرَمُ عَلَيْهِ النَّارُ؟ عَلَى كُلِّ قَرِيْبٍ هَيِّنٍ سَهْلٍ

“Maukah kalian aku beri tahu tentang orang yang haram bagi Neraka atau Neraka haram baginya? Neraka itu haram atas setiap orang yang mudah dekat dengan orang lain, lunak (fleksibel) dan Mudah bergaul (supel). HR. Ahmad, At Tirmidzi, dan Hibban.

Termasuk di dalamnya sikap tidak berlebih-lebihan. Sikap berlebih-lebihan adalah sikap yang tercela dalam segala situasi dan kondisi. Demikian juga dalam hal ini sikap terlalu menggampangkan, yang tercela.

  1. Tidak mudah marah

Sifat mudah marah merupakan bagian dari sifat negative dalam dunia pendidikan.

Seorang pendidik dituntut agar bisa mengendalikan diri dan menahan amarahnya, sebab hal itu akan membawa keberuntungan bagi dirinya dan juga bagi anak didiknya. Karena, sebagian besar kemarahannya asalnya dari syaitan.

Dampak buruk lain sifat mudah marah ini adalah anak akan bersikap biasa-biasa saja atau merasa aman ketika berbuat suatu kesalahan, sebab ia menunggu sampai orang tuanya benar-benar marah. Anak yang biasa dididik dengan kekerasan dan kemarahan akan bekal dengan nasihat dan gamang dengan kelemahlembutan.

Oleh karena itu, ketika seseorang datang dan meminta nasihat, rasulullah berkata kepadanya : “Jangan marah!” Orang itu pun mengulang permintaannya beberapa kali, namun beliau tetap mengatakan: “Jangan marah!”

  1. Dekat namun berwibawa

Pendidik yang sukses adalah yang benar benar dekat di hati anak-anak didiknya. Bahkan, mereka selalu rindu kepadanya, merasa gembira dan bahagia saat bersamanya.

Ya, inilah sosok pendidik yang mengasihi serta dikasihi. Anak tidak takut terhadapnya, melainkan mereka saying, hormat, dan segan melanggar perintah dan kata-katanya.

Kita melihat Nabi ﷺ senantiasa dekat dan akrab dengan anak-anak. Bukan hanya terhadap Al Hasan dan al Husain, cucu beliau, tetapi juga terhadap anak kaum muslimin.

Namun kedekatan personal ini tidak membuat mereka berani berbuat semaunya, tanpa biasa diatur. Sebaliknya setiap nasihat dan petuah beliau menghujam begitu dalam hati mereka.

 

Sumber

  1. Ummu Husain & Abu Husain al-Atsari,2014 “Mencetak Generasi Rabbani, Jakarta.
  2. Fuad Bin Abdul Aziz asy-syalhub, 2015 “ Begini Seharusnya Menjadi Guru”, Riyadh.

More To Explore

Berita

ANBK -2023

ANBK merupakan singkatan dari Asesmen Nasional Berbasis Komputer yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (kemendikbud ristek). Para pelajar maupun tenaga pendidik mesti

Artikel

JURUS JITU DALAM MENGAJAR  

5 jurus jitu agar siswa tidak jenuh/bosan belajar di kelas : Pemilihan metode yang tepat, guru sebagai pendidik diwajibkan memilih metode yang tepat. Di usahakan

Berita

Supervisi Kepala Sekolah

supervisi kepala sekolah merupakan upaya seorang kepala sekolah dalam pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui langkah-langkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan